CATATAN TUN AKHYAR, PEMRED TORIAU.CO

Menanti Kejutan Pilgubri di Pekan Kedua Desember


Mulai pekan kedua di bulan Desember 2017 ini diprediksi akan banyak kejutan dan peristiwa menarik terjadi berkaitan dengan pelaksanaan Pilgubri 2018. Sebab, sejumlah partai dan juga kandidat Gubernur sebelumnya sudah mengisyaratkan bakal menuntaskan kepastian keikutsertaan mereka di Pilkada Riau mulai pekan kedua Desember ini. 

Nurzahedi Tanjung atau lebih dikenal dengan panggilan Eddy Tanjung dua pekan silam kepada saya lewat percakapan di WhatsApp (WA) mengisyaratkan akan merampungkan kepastian dia maju di Pilgubri di pekan kedua Desember ini. "Ya. antara tanggal 17 sampai 20 Desember, mudah-mudahan saat itu sudah dipastikan (keikusertaan di Pilgubri)," kata Ketua DPD Gerindra Provinsi Riau itu.

Begitu juga dengan Firdaus MT, Walikota Pekabaru yang juga bakal ikut berlaga di Pilgubri dengan menggunakan 'perahu' PAN. Ia juga mengisyaratkan akan memastikan dukungan partai-partai koalisi di minggu kedua dan ketiga Desember ini. "Insha Allah, di tanggal-tanggal 20 Desember, semuanya sudah tuntas," ujar Firdaus kepada saya lewat sambungan telepon pekan silam.

Hari Minggu kemarin, Yopi Arianto, Bupati Indragiri Hulu yang akan berpasangan dengan Bupati Pelalawan HM Harris, juga berkata serupa kepada saya. Meski sedikit tersirat ada keraguan tentang 'masa depan' duetya dengan Harris, namun Yopi berharap dalam waktu dekat akan ada kepastian dukungn dari partai-partai lain untuk maju di Pilgubri 2018. Saat ini baru PDIP yang sudah memberikan rekomendasi dukungan untuk duet Hariris-Yopi.

Sampai pagi ini tidak banyak berubah nama-nama yang menyatakan siap maju atau digadang-gadang akan ikut Pilgubri. Nama lain di luar yang disebut di atas, adalah duet petahana Arsyadjuliandi Rachman-Suyatno yang didukung Partai Golkar, lalu ada kader PKB yang juga anggota DPR-RI asal Riau, Lukman Edy, Ketua Partai Demokrat Riau Asri Auzar serta Bupati Siak Syamsuar.

Karena dunia politik yang bersifat cair dan dinamis, sepekan dan dua pekan terakhir, sempat mencuat kabar baru sebagai dampak dari proses politik baik manuver maupun komunikasi di level elit partai. Salah satunya, bergesernya dukungan Partai PAN dari Syamsuar ke Firdaus dan diikuti dengan pernyataan PPP yang merapat mendukung Firdaus untuk Pilgubri 2018.

Soal PAN yang mengalihkan dukungan ke Firdaus secara tegas sudah diungkapkan Wakil Sekjen DPP PAN H Zainal Abidin,SH kepada pers, termasuk media ini, pekan silam. Bahkan Zainal memastikan 90 persen dukungan PAN untuk Firdaus tidak akan berubah lagi. 

Pernyataan Zainal itu kemudian diamini oleh kubu PPP yang menyatakan siap berkoalisi dengan PAN untuk mengusung Firdaus di Pilgubri dan mengisyaratkan kader mereka Rusli Effendi akan menjadi pendamping Firdaus nantinya.

“Pertemuan sudah intens dilakukan, termasuk dengan Pak Romahurmuziy. Ketua umum kita juga sudah menyampaikan hal demikian. Ketua umum akan memberikan rekomendasi kepada calon yang bisa memenuhi persyaratan dan siap menggandeng kader kita. Pak Firdaus katanya tidak ada masalah,” kata Ketua Bappilu DPW PPP Riau, Husaimi Hamidi.

Soal duet Firdaus-Rusli Effendi ini memang sudah semakin santer. Bahkan, lobi-lobi politik di tingkat elit yang terjadi, juga hampir merampungkan koalisi dengan sejumlah partai lain sepertiGerindra dan PKS. Ada rumor yang belum terkonfirmasi, yakni melunaknya Eddy Tanjung dan kesiapan partainya untuk memposisikan diri mendukung duet Firdaus-Rusli Effendi.

Sedangkan PKS sangat diyakini bakal setuju-setuju saja bergabung di koalisi, karena jika Firdaus maju di Pilgubri dan menang, mereka juga akan diuntungkan. Kadernya, Ayat Cahyadi yang kini Wakil Walikota Pekanbaru, praktis akan naik jadi Walikota Pekanbaru jika Firdaus terpilih jadi Gubernur Riau.

Dari paparan kondisi di atas, saya memprediksi jika Pilgubri nanti tidak bakal diikuti banyak calon. Maksimal, Pilgubri sepertinya bakal diikuti tiga pasang calon, tapi juga tak tertutup kemungkinan hanya dua calon atau istilah 'zaman now' bakal terjadi 'head to head'. Siapa saja yang akan maju atau antara siapa dengan siapa 'head to head' itu, di pekan kedua hingga pekan ketiga nanti, akan terjawab.

Akan tetapi dari analisa sejumlah pemerhati politik lokal, yang paling berpeluang untuk bertarung itu ada pada pasangan Arsyadjuliandi Rachman-Suyatno, Firdaus-Rusli Effendi (?) dan Lukman Edy-Asri Auzar atau HM Harris-Yopi Arianto. Di antara dua pasangan yang disebut terakhir, memang masih sulit ditebak siapa yang paling berpeluang besar, karena dukungan parpol terhadap mereka masih bersifat "liar" dan belum terkendalikan, apalagi terkondisikan.

Lukman Eddy-Asri Auzar masih terganjal oleh masalah ego dan gengsi partai. Lukman Eddy diusung oleh PKB yang memiliki 5 kursi di DPRD Riau, sementara syarat minimal pencalonan adalah 13 kursi. Jika berkoalisi dengan Demokrat yang memiliki 9 kursi, memang, praktis jika Lukman Edy berpasangan dengan Asri Auzar akan terpenuhi persyaratannya.

Tapi, kembali ke soal ego dan gengsi partai, Demokrat tentu tidak ingin dengan perolehan kursi yang banyak itu, hanya mendapatkan posisi wakil gubernur. Andaikan Demokrat siap dengan konsekuensi itu, tentu saja sejak dua pekan atau tiga pekan silam, sudah ada pernyataan tegas siap untuk berkoalisi mendukung duet Lukman Edy-Asri Auzar.

Begitu pula Harris-Yopi. Tidak dipungkiri jika PDIP sudah memberikan rekomendasi terhadap mereka. Tapi tidak adanya pergerakan signifikan dalam mencari teman koalisi dari parpol lain oleh pasangan ini, menyebabkan PDIP dirumorkan mulai gelisah. 

Apalagi Partai Golkar yang sudah pasti mengusung duet Andi Rachman-Suyatno, semakin agresif melakukan lobi-lobi politik ke parpol-parpol yang selama ini sejalan dengan visi misi ke depannya, yakni PDIP, Hanura dan NasDem. Padahal, awalnya, PDIP justru berharap dengan Hanura dan NasDem akan mengusung duet Harris-Yopi.

Namun begitu, pekan kemarin sebenarnya juga sempat mencuat sebuah analisa yang kontroversial di tengah-tengah pemerhati politik lokal. Yakni, berkaitan dengan situasi di Partai Golkar pasca-mundurnya Setya Novanto sebagai Ketua Umum DPP karena terbelit kasus korupsi e-KTP. 

Karena Setnov sudah mundur dan Partai Golkar segera akan melakukan Munaslub untuk mendapatkan Ketum yang baru, ada cerita yang mencuat soal kemungkinan beralihnya dukungan partai untuk Pilkada Riau dari Arsyadjuliandi Rachman kepada calon lainnya. Dan itu akan terjadi, jika Ketum yang terpilih bukan dari kalangan "grup Golkar" Andi Rachman.

Dalam kalimat yang sederhana, disebutkan, jika Titiek Soeharto yang nantinya dipercaya oleh peserta Munaslub memimpin Golkar ke depannya, kemungkinan dukungan untuk calon Golkar di Pilgubri akan beralih dari Andi Rachman kepada HM Harris. Sebab, Harris memiliki ikatan emosional yang sangat kuat dengan kelompok Cendana yang direprensentasikan dengan sosok Titiek Soeharto, putri mantan Presiden Soeharto.

Apakah akhir ceritanya bakal seperti itu, tentu, sekali lagi waktu yang akan menjawabnya. Yang pasti, tidak ada yang tidak mungkin dalam dunia politik. Segala sesuatu akan bisa berubah dengan cepat sesuai kemana arah angin bertiup! Selamat pagi. ***
TERKAIT