CATATAN TUN AKHYAR, Pemred toRiau.co

Koalisi Partai di Pilgubri 2018


Minggu pagi tadi sebuah kabar baru mewarnai pentas pemilihan Gubernur Riau (Pilgubri) yang akan dilaksanakan pada Juni tahun 2018 depan. Di Jakarta, persisnya di kantor DPP PDIP, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri mengumumkan partainya mengusung pasangan petahana Arsyadjuliandi Rachman-Suyatno. 

Bagi sebagian masyarakat awam ini tentu mengejutkan, meski bagi kalangan politisi hal itu biasa saja. Sebab jauh-jauh hari PDIP sudah mengeluarkan rekomendasi untuk pasangan Bupati Pelalawan dan Bupati Indragiri Hulu, HM Harris-Yopi Arianto. Bahkan kedua bakal calon 'gubernur dan wakil gubernur' itu dikabarkan tengah bergerilya mencari partai-partai lain untuk dapat mencukupi 13 kursi sebagai persyaratan pencalonan, mengingat PDIP hanya memiliki 9 kursi di DPRD Riau.

Akan tetapi di tengah upaya pencarian yang dilakukan Harris-Yopi, PDIP membuat keputusan akhir untuk Pilgubri. Partai moncong putih itu memutuskan untuk mengusung Andi Rachman-Suyatno dan bergabung dengan Partai Golkar yang sudah lebih dulu memastikan mengusung keduanya.

'Kepergian' PDIP ke pasangan Andi-Suyatno, memupus impian duet Harris-Yopi untuk menunggangi partai itu di Pilgubri. Sekaligus mungkin saja memupus harapan keduanya untuk berlaga di perebutan jabatan bergengsi, Riau1 dan Riau2. Sebab, sampai detik ini kita tidak mendengar partai-partai lain yang merapat atau didekati keduanya untuk Pilgubri.

Menurut perkiraan saya, bergabungnya PDIP dengan Golkar ini adalah awal dari terbentuknya koalisi-koalisi partai di Pilgubri yang sudah ditunggu-tunggu banyak pihak.  Hari-hari ke depan, hampir dipastikan partai-partai lain segera bersikap dan membuat keputusan politik.

Untuk kubu Andi Rachman-Suyatno diperkirakan sejumlah partai lainnya akan segera merapat, dengan kemungkinan terbesarnya adalah NasDem dan Partai Hanura. Jika itu jadi kenyataan, maka pasangan Andi Rachman-Suyatno akan didukung empat partai koalisi: Golkar (14 kursi), PDIP (9), NasDem (3) dan Hanura (2) dengan total 28 kursi.

Lalu kemana enam partai lain yang memiliki kursi di DPRD Riau akan berlabuh nantinya di Pilgubri? 

Jika melihat kepada perkembangan saat ini,  akan muncul dua pasangan lagi yang bakal turut bertarung di Pilgubri. Pasangan yang berpeluang besar untuk maju adalah Firdaus MT-Rusli Effendi dan Lukman Edy-Asri Auzar.

Untuk pasangan Firdaus-Rusli Effendi diusung oleh PAN (7 kursi) dan diprediksi  mendapat dukungan dari PPP (5) serta PKS (3), sehingga total memiliki 15 kursi. PPP mendukung Firdaus karena kader mereka Rusli Effendi, akan dipasangkan sebagai calon wakil gubernur. Sedangkan PKS ikut bergabung, karena kadernya, Ayat Cahyadi, saat ini adalah Wakil Walikota Pekanbaru. Jika Firdaus yang Walikota Pekanbaru 'promosi' jadi Gubernur Riau, otomatis Ayat Cahyadi nantinya akan naik menjadi orang nomor satu di Pekanbaru.

Sedangkan Lukman Edy-Asri Auzar akan diusung Partai Kebangkitan Bangsa (6 kursi) dan Demokrat (9), juga dengan total 15 kursi. Keduanya sama-sama kader partai, Lukman Edy dari PKB dan Asri Auzar dari Gerindra. Belakangan, Demokrat yang sebelumnya dikabarkan sangat ngotot untuk menampilkan kadernya sebagai bakal calon Gubri, mulai melemah dan berbalik bersiap-siap untuk menjadi orang kedua yang dipasangkan dengan Lukman Edy.

Lalu, kemana satu partai tersisa lainnya, yakni Gerindra yang memiliki 7 kursi berlabuh? Cerita awalnya, partai besutan Prabowo Subianto ini akan mengusung sendiri kadernya, yakni Ketua DPD Gerindra Riau, Nurzahedi atau akrab disapa Eddy Tanjung. Tapi hingga saat ini tidak terlihat manuver serius untuk maju dan juga nyaris tidak muncul lagi pemberitaan tentang Eddy Tanjung yang sudah siap untuk maju di Pilgubri.

Nah, sekarang bila memang Gerindra tidak jadi mengusung kadernya di Pilgubri, kemanakah mereka akan bergabung berkoalisi? Saya memprediksi, kemungkinan kuat partai ini akan merapat ke pasangan Firdaus-Rusli Effendi. Apalagi lobi-lobi politik sangat gencar dilakukan kubu Firdaus dan partai pengusungnya untuk 'menaklukkan hati' para elit Gerindra baik di Riau maupun di pusat.

Di sisi lain, banyak kalangan politik yang saya mintai tanggapannya menyatakan, selama ini warna dan 'nafas' politik Gerindra baik di tingkat lokal maupun nasional lebih seirama dengan PAN, PPP maupun PKS ketimbang partai-partai yang bergabung di koalisi lain. Mereka akan lebih nyaman jika Gerindra ikut bergabung dan sekaligus kans untuk memenangkan duet Firdaus-Rusli Effendi terbuka besar untuk memenangkan Pilkada Riau 2018.

Tapi sekali lagi, semua itu adalah analisa dan baru perkiraan. Saya melihat faktor kekuasaan dan kepentingan dapat saja mengubah segala-galanya menjelang pendaftaran para petarung Pilgubri ke KPU Riau, Januari 2018 nanti. Sebab, orang-orang politik sudah terbiasa dengan istilah 'politik itu cair dan dinamis' untuk menegaskan tidak ada yang tidak mungkin dalam politik. 

Tak percaya? Kita lihat saja nanti. ***
TERKAIT