CATATAN TUN AKHYAR, Pemred toRiau.co

Saat Kita Kehilangan Akal Sehat


Situasi dan kondisi lingkungan yang tidak kondusif seringkali membuat kita kehilangan akal sehat saat menghadapi sebuah masalah. Ada tindakan dan keputusan sepele yang bikin kita tertarung dan bahkan mengakibatkan persoalan yang dihadapi semakin berat.

Menurut sebuah pemberitaan di Rengat, seorang narapidana nekad kabur dari lapas dan hanya berselang beberapa jam kemudian kembali tertangkap dengan kaki terluka setelah ditembak petugas.

Ironisnya, si napi sesungguhnya tinggal menjalani sisa hukuman 10 hari lagi dari vonis dua tahun yang dijatuhkan pengadilan karena kasus kriminal. Berkelakuan baik selama menjalani masa hukuman namun entah apa yang dipikirkan, ia malah kabur dari lapas saat dipercaya menjadi tukang bersih-bersih dalam lembaga pemasyarakatan.

Kini tentu impian memghirup udara segar sepuluh hari ke depan takkan dia peroleh karena telah melakukan tindakan yang melawan hukum saat masih menjalani  hukuman.

Kasus itu juga mengingatkan kita kepada tindakan yang dilakukan seorang ketua partai dan juga ketua DPR Setya Novanto saat menghadapi masalah hukum. Bukannya menghadapinya secara gentle penetapan tersangka korupsi e-KTP oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Setnov masih terus berdalih dan menghindar.

Malah Setnov kabur saat akan dijemput paksa oleh aparat penegak hukum. Dia sempat hilang dan masuk dalam Daftar Pencarian Orang  (DPO) KPK.  Setnov pun akhirnya menjadi sorotan publik bahkan pelariannya menjadi olok-olok dan cemoohan masyarakat.

Dalam masa 'pelariannya', ketika mobil yang ditumpanginya menabrak tiang listrik dan Setnov dilarikan ke rumah sakit akibat luka-luka yang dialaminya, bukan simpati yang diperolehnya dari masyarakat, tetapi kembali cibiran yang diterimanya.

Cerita-cerita dari ruang perawatan rumah sakit tentang kondisinya yang parah, bagian tubuh yang patah hingga benjolan sebesar kue bakpao di kepalanya, bukannya membuat masyarakat prihatin, tetapi semakin tidak percaya dan yakin itu hanyalah sandiwara belaka.

Apalagi hasil penyelidikan di lokasi kejadian kecelakaan menunjukkan banyak kejanggalan. Mulai dari tiang listrik yang biasa-biasa saja akibat tabrakan yang dihembuskan sangat keras, hingga air bag mobil yang tidak keluar. Padahal jika terjadi benturan kuat, secara otomatis biasanya air bag akan keluar untuk menyelamatkan penumpang dari benturan hebat.

Alhasil dengan segala kejanggalan itu aparat penegak hukum dengan mudah menyimpulkan adanya rekayasa-rekayasa untuk membuat opini menguntungkan tersangka di tengah-tengah masyarakat. Toh, semuanya terbukti, penyidik KPK kemudian dengan enteng memindahkan setnov ke sel tahanan. Dan saat dibawa serta diperlihatkan ke publik kondisi Setnov tidaklah segawat dan separah kabar yang dihembuskan pasca-kecelakaan tersebut.

Kita dan siapapun juga dapat memetik hikmah dari dua kasus berbeda namun ada benang merahnya Itu. jika menghadapi masalah, janganlah lari atau menghindarinya. Hadapi saja dengan kepala tegak dan lapang dada.

Karena siapapun yang bersalah,  dia pasti takkan bisa menyembunyikan. Sehebat apapun kita untuk berkelit atau menghindar dari tanggungjawab, suatu ketika pasti akan terpeleset dan kena batunya.

Orang-orangtua kita yang dulu belajar kehidupan dari perilaku alam telah memberikan isyarat-isyarat itu melalui banyak kalimat-kalimat indah tapi tajam menusuk. Misalnya, "sepandai-pandai tupai melompat, sesekali akan jatuh juga".Atau dalam kalimat lain untuk sebuah kejahatan yang kita tutup-tutupi. "Sepandai-pandai membungkus yang busuk, pasti akan tercium juga".

Begitulah kita, begitu tidak sempurna dan sesungguhnya justru sangat lemah. ***
TERKAIT