CATATAN TUN AKHYAR, PEMRED TORIAU.CO

'Desember Kelabu' Cagubri

tun akhyar
Hari ini adalah hari keempat di bulan Desember 2017. Di bulan penghujung tahun ini pula sejumlah keputusan besar akan menentukan nasib para kandidat Gubernur Riau untuk dapat bertarung di ajang Pilkada 2018 nanti. 

Sebab, hampir seluruh partai baik pengusung ataupun partai pendukung menjanjikan membuat keputusan atau sikap berkaitan Pilkada di pekan kedua, pekan ketiga atau pekan terakhir di bulan Desember 2017. Apakah tetap kukuh mengusung calon sendiri atau justru berbalik jadi pendukung dan berkoalisasi dengan partai-partai lainnya untuk mengusung kandidat tertentu.

Memang sampai hari Minggu (3/12/2017) kemarin, tidak banyak informasi baru terkait Pilgubri ataupun bakal calon gubernur dan wakil gubernur yang mengapung ke permukaan untuk jadi santapan publik. Sepertinya semua masih berproses dan berbagai lobi serta manuver sengit terus terjadi. Baik antara bakal calon dengan elit partai ataupun pihak-pihak lainnya yang punya kepentingan terhadap Pilgubri.

Satu-satunya 'kabar burung' yang sempat beredar saat libur panjang dua terakhir, hanyalah terkait kandidat Gubernur asal Kabupaten Siak, yakni Syamsuar, meski kemudian isu tak sedap itu dibantah tegas oleh Syamsuar di hari yang sama.

Dalam pemberitaan media online di Riau, disebutkan jika rekomendasi yang diberikan oleh Partai Amanat Nasional (PAN) untuk Syamsuar ditarik kembali, karena kandidat tersebut tak kunjung mampu menggaet partai koalisi dan mencari pasangannya untuk maju di Pilgubri. 

PAN hanya memiliki 7 kursi di DPRD Riau dan artinya masih butuh tambahan 6 kursi lagi untuk dapat mencalonkan pasangan yang diusung, karena syarat minimalnya adalah 13 kursi. Entah betul atau tidak, atau karena terlalu lama menunggu kepastian, sehingga rumor itu mencuat ke permukaan. 

Bisa saja isu itu sengaja dilemparkan pihak tertentu untuk memancing reaksi Syamsuar yang memang belakangan ini tidak banyak berkomentar lagi terkait keikutsertaannya di Pilgubri. Di samping makin kerasnya rumor ketidaksiapan 'amunisi' Syamsuar untuk menghadapi pertarungan dengan calon-calon lainnya, terutama petahana Arsyadjuliandi Rachman yang akan berpasangan dengan Bupati Rokan Hilir, Suyatno.

Sebenarnya di kalangan tertentu dan terbatas, termasuk elit-elit parpol, berbagai cerita terkait Pilkada Riau saat ini sangat banyak beredar. Hanya saja, semuanya itu baru sebatas cerita kedai kopi yang kebenarannya sulit dipertanggungjawabkan, sekalipun cerita-cerita itu datang dari kalangan dalam partai sendiri.

Selain rumor PAN menarik rekomendasi Syamsuar tadi, sebelumnya juga sempat beredar rumor tentang pasangan HM Harris-Yopi Ariyanto yang nyaris berhasil meraih dukungan dari parpol besutan Amien Rais tersebut. Hanya lantaran tidak tercapainya komitmen, menurut informasi yang beredar, PAN malah akhirnya menutup pintu rapat-rapat untuk mendukung pasangan Harris-Yopi di Pilgubri 2018.

Konon, karena keputusan PAN itu pula kemudian beredar  rumor yang belum terkonfirmasi, tentang retaknya hubungan antara HM Harris dengan Yopi Arianto, karena Yopi kecewa dengan Harris yang tak mampu menggarap dukungan dari PAN.

Sebab, komitmen awal pasangan ini adalah Yopi bertugas menggarap PDIP dan Harris parpol lainnya. Yopi kemudian sukses mendapatkan rekomendasi dari PDIP untuk mereka berdua. Tapi, tentu saja, PDIP tak bisa maju sendiri karena jumlah kursinya baru 9 atau masih butuh tambahan 4 kursi lagi.

Salah satu yang dilakukan duet Harris-Yopi tentu saja adalah mesti berkoalisasi dengan parpol lain. Salah satunya yang didekati adalah PAN. Ceritanya, meskipun PAN sudah mengeluarkan rekomendasi untuk Syamsuar, komunikasi politik dibangun parpol itu dengan calon-calon lainnya, salah satunya dengan duet Harris-Yopi. 

Dan, kabarnya, PAN nyaris deal untuk berkoalisi dengan PDIP untuk mendukung pasangan Harris-Yopi. Tapi, entah apa masalahnya, pertemuan pimpinan pusat PAN dengan Harris batal terjadi. Cerita yang berkembang, Harris tidak datang memenuhi undangan pertemuan di hari dan waktu yang sudah disepakati itu, sehingga kemudian PAN mencoret pasangan tersebut dari daftar calon-calon yang akan didukung di Pilgubri nanti.

Terlepas dari rumor-rumor yang bikin para kandidat ketar-ketir, tidak dapat dipungkiri jika banyak kejutan yang diperkirakan mewarnai politik Riau menjelang pendaftaran ke KPU Riau, Januari 2018 nanti. Selain peta dukungan terhadap seorang calon yang bisa saja berubah, kemunculan kandidat baru di luar yang beredar selama ini, juga sangat mungkin terjadi.

Dari pengamatan, informasi serta jawaban-jawaban yang disampaikan para kandida terhadap pertanyaan wartawan di berbagai kesempatan belakangan ini, juga patut diduga rata-rata mereka, kecuali pasangan incumbent Andi Rachman-Suyatno, sebenarnya sedang dilanda ketidaksiapan dan kegalauan. 

Galau dalam artian, apakah akan terus 'maju tak gentar' dengan kondisi 'amunisi' yang semakin menipis atau mundur dengan cara yang tidak menjatuhkan harga diri, yakni seolah-olah nantinya tidak mendapat 'perahu' atau didukung oleh parpol. 

Satu hal yang sudah menjadi rahasia umum saat ini, kebanyakan dari para kandidat yang bermunculan untuk ambil bagian di Pilgubri tidak siap dalam segi pendanaan. Selain itu ada juga yang sedang tersandera dugaan sejumlah kasus hukum, yang makin membuat sang kandidat melemah semangat untuk mengikuti Pilkada.

Tentu semuanya akan terjawab juga pada akhir tahun ini. Apakah di hari yang tersisa di tahun 2017 ini akan menjadi hari yang menggembirakan, ataukah Desember ini akan menjadi bulan yang kelabu bagi sejumlah kandidat Gubernur Riau, sebaiknya kita tunggu saja. 

Yang pasti, inilah sejumlah figur yang sudah menyatakan akan maju bertarung dalam Pilgubri nanti. Mereka adalah Syamsuar (PAN), duet Harris-Yopi (PDIP) dan Andi Rachman-Suyatno (Golkar), Lukman Eddy (PKB), Asri Auzar (Demokrat), Ahmad (Demokrat), Firdaus MT (Demokrat) dan Eddy Tanjung (Gerindra).  ****
TERKAIT