BBKSDA Riau Bentuk Posko Siaga Tangani Konflik Harimau di Inhil

Ilustrasi.
toRiau-Tim gabungan penanganan konflik harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) sepakat membentuk posko siaga guna menyelamatkan satwa dilindungi tersebut dari kawasan perkebunan yang sebelumnya telah menerkam dua warga hingga meninggal.

"Posko siaga berlokasi di kampung Danau dan Eboni. Posko siaga aktif hingga tujuh hari mendatang," ungkap Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Dian Indriati, Kamis (15/3).

Dian menjelaskan kesepakatan itu merupakan hasil rapat terpadu yang melibatkan BBKSDA Riau, TNI, Polri hingga unsur pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir di aula kantor PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP), Kecamatan Pelangiran, Indragiri Hilir.

Rapat tersebut merupakan tindak lanjut dari konflik harimau sumatera yang terjadi di Kecamatan Pelangiran dalam dua bulan terakhir. Konflik tersebut berujung pada meninggalnya dua warga, Jumiati dan Yusri Efendi. Keduanya tewas akibat diterkam seekor harimau sumatera yang sama, bernama Bonita.

Tim terpadu ini akan meningkatkan upaya penyisiran, di samping melanjutkan upaya penyelamatan yang telah dilakukan selama ini. Diantaranya adalah kesiapan TNI dan Polres Indragiri Hilir untuk menambah personel serta menambah tim penembak bius yang akan didatangkan dari Pekanbaru. "Untuk penembak bius kemungkinan besar pagi ini sudah berada di lokasi," jelasnya. Bonita, harimau sumatera betina yang diperkirakan berusia empat tahun dalam dua bulan terakhir berkeliaran di areal pemukiman warga dan perkebunan sawit PT THIP.

Jumiati, menjadi korban pertama yang meninggal pada awal Januari 2018. Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir. Terakhir, Yusri Efendi (34) meregang nyawa di desa yang sama, namun berjarak sekitar 15 kilometer dari lokasi tewasnya Jumiati.

Dua kejadian diatas berakibat pada kemarahan warga. Awal pekan ini, seitar 500-an warga menggelar aksi mendesak agar satwa itu segera ditangkap dan direlokasi. Warga memberi ultimatum agar penangkapan dilakukan dalam waktu tujuh hari, atau mereka akan menangkap dan menghabisi Bonita.

Sebenarnya, pascainsiden pertama, tim BBKSDA Riau telah diturunkan menangkap dan menyelamatkan harimau tersebut. Tim tersebut terdiri dari TNI, Polisi dan sejumlah pegiat satwa dilindungi. 10 perangkap juga telah dipasang. Perangkap-perangkap berbentuk kotak berisi kambing jantan dan babi hutan menyebar di sekitar lokasi itu. Begitu juga kamera pengintai, yang dipasang di setiap sudut dimana perangkap itu berada. Namun, selama lebih kurang dua bulan pencarian, belum ada perkembangan berarti. (*)

sumber:antarariau


TERKAIT