Tiket Pesawat Mahal, Festival Perang Air di Selatpanjang Minim Wisnu


toRiau - Mahalnya tarif pesawat untuk rute wilayah Sumatera berdampak pada berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara (wisnu)  untuk mengikuti Festival Perang Air di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Kepulauan Meranti, Raden Uyung Permadi Salis ketika dihubungi dari Pekanbaru, Kamis (7/2/2019) mengatakan kebijakan tarif pesawat sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan yang biasanya selalu datang ke Selatpanjang setiap tahun untuk ikut festival tersebut.

“Soalnya yang dari Jakarta, Bandung, Papua, Surabaya, tahun ini tidak hadir. Mereka bukan warga Selatpanjang, mereka yang biasa datang setiap perang air,” kata Uyung.

Menurut dia, jumlah wisatawan nusantara yang biasanya selalu dikoordinirnya tersebut berjumlah 28 orang. “Kalau di luar itu malah jauh lebih banyak,” katanya.

Meski begitu, ia meyakini tarif pesawat yang mahal tidak mempengaruhi animo wisatawan mancanegara.

“Kalau untuk turis mancanegara sepertinya tidak pengaruh,” ujarnya.

Selatpanjang merupakan kota di pesisir Riau yang selalu ramai saat perayaan Imlek karena sebagian besar populasi penduduknya adalah keturunan Tionghoa. Tradisi perang air, atau yang sebutan setempat “Cian Cui”, membuat membuat perayaan Imlek di Selatpanjang unik dan berbeda dengan kota lainnya.

Sejak pemerintah Kabupaten Meranti mengemas "Cian Cui" sebagai festival sejak 2013, acara ini menjadi daya tarik bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Hal itu disebabkan perang air tidak terkait ritual agama tertentu, sehingga semua lapisan masyarakat bisa ikut meramaikannya.

Untuk menuju Selatpanjang, wisatawan dari luar Sumatera biasanya menggunakan pesawat tujuan Kota Pekanbaru dan Batam. Dari sana mereka menggunakan kapal menuju Selatpanjang. Berdasarkan situs pemesanan tiket seperti traveloka, harga tiket pesawat untuk rute Jakarta ke Batam dan Pekanbaru hingga akhir pekan ini masih di atas Rp1 juta per orang untuk kelas ekonomi. Hal ini sudah dikeluhkan oleh asosiasi perusahaan jasa perjalanan wisata (ASITA) Riau karena terlalu tinggi, padahal pada Januari-Februari merupakan masa sepi (low season), yang biasanya digunakan perusahaan maskapai untuk menawarkan tiket dengan harga murah.

Berdasarkan catatan Antara, panitia penyelenggara saat itu menyatakan Festival Perang Air 2018 diikuti oleh sekitar 39.000 perserta. Peserta itu terdiri dari 22.258 wisatawan nusantara,3.589 wisatawan mancanegara dan penduduk setempat.

Tahun ini, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti menargetkan jumlah wisatawan di Festival Perang Air bisa mencapai 25.000 orang.

Tradisi perang air berlangsung setiap sore hari di Kota Selaptpanjang sejak Imlek tanggal 5 Februari 2019, dan puncaknya adalah perayaan Imlek hari ke-7 pada tanggal 11 Februari. Warga setempat dan wisatawan saling menyiram air di rute yang ditentukan, dan ada yang menggunakan becak motor sebagai kendaraan selama acara.

Rute perang air melalui jalan-jalan protokol, seperti Jalan A. Yani, Tebing Tinggi, Diponegoro, Kartini dan Imam Bonjol. Setelah dikemas dalam bentuk festival, acara ini berlangsung setiap sore hari sejak pukul 16.00 hingga 18.00 WIB. (**/ant)
TERKAIT