Pasokan Belum Tiba, di Bengkulu Garam Masih Langka

Petani garam.
toRiau-Kelangkaan garam konsumsi di Bengkulu hingga saat ini masih berlanjut. Alasannya sampai saat ini permintaan garam Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disprindag) setempat ke Palembang, Sumsel,  belum direalisasikan.

Demikian pula permintaan garam Disperindag Bengkulu ke Kementerian Perdagangan sebanyak 300 ton sampai sekarang juga belum direalisasikan. Akibatnya, stok garam konsumsi di Bengkulu, terus menipis dan harganya melonjak dari biasanya.

"Sampai sekarang krisis garam konsumsi di Bengkulu belum dapat kita atasi karena pasokan dari Palembang dan Jakarta belum tiba di daerah ini," ujar Kepala Disperindag Bengkulu, Lierwan melalui Kabid Perdagagang Dalam Negeri Erik Rizal.

Sedangkan pasokan garam dari Madura, Jawa Timur (Jatim) kepada PT Abadi dan Puskud Raflesia, sejak tiga bulan ini tidak ada sama sekali. Hal ini menyebabkan persedian garam rumah tangga di Bengkulu, di tangan pedagang terus menipis.

Akibatnya harga garam konsumsi rumah tangga di Bengkulu, meningkat hingga 3 kali lipat dari biasanya. Misalnya harga garam konsumsi semula Rp 1.000/kantong kini naik menjadi Rp 4.000/kantong ukuran 250 gram.

"Harga garam konsumsi di Bengkulu, akan terus meningkat jika pasokan garam dari Jakarta dan Palembang, tidak masuk ke daerah ini dalam waktu. Pasalnya, stok garam di pedagang sudah mengalami kelangkaan dan permintaan dari konsumen tetap tinggi," ujarnya.

Erik berharap dalam waktu dekat garam impor masuk ke Bengkulu, sehingga kelangkaan garam di daerah ini dapat diatasi dengan baik dan harganya kembali normal seperti biasa.

"Informasi yang didapat dari Mendag garam impor sebanyak 75.000 ton, sudah masuk ke Tanah Air, dan segera disalurkan ke sejumlah daerah yang mengalami krisis garam, termasuk Bengkulu," ujarnya.

Hal senada diungkapkan Staf PT Abadi, Indra mengatakan, jika memang garam impor sudah sampai di Indonesia, dia berharap pihaknya diberikan jatah, sehingga pihaknya bisa kembali mensuplai garam ke sejumlah kabupaten dan kota di Bengkulu.

"Kami sudah 3 bukan tidak ada kegiatan lagi, karena pasokan garam dari Madura terhenti, sehingga tidak yang bisa diolah oleh para karyawan. Karena itu, kami minta jatah garam impor sesuai kebutuhan sebanyak 400 ton/bulan," ujarnya. (spc/adm)
TERKAIT