Mencari Penyebab Tingkat Kemiskinan Riau Meleset dari Target

Arsyadjuliandi Rachman.
toRiau-Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman mengatakan perpindahan penduduk dari daerah lain atau migrasi ke Riau mengakibatkan jumlah penduduk miskin di daerah berjuluk "Bumi Lancang Kuning" itu bertambah, terutama di kawasan perkotaan.

"Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Maret 2017, jumlah penduduk miskin mencapai 7,78 persen dan ada kenaikan dibandingkan sebelumnya. Kenaikan ini karena migrasi yang masuk ke Riau sehingga tingkat kemiskinan naik," ujar Gubri Andi, Kamis (4/1).

Gubri menyatakan, pemicu kenaikan jumlah penduduk miskin juga disebabkan terjadinya keterlambatan penyaluran beras bantuan untuk rumah tangga miskin pada Maret 2017. "Keterlambatan ini akibat data penerima yang belum lengkap," ungkap Andi Rachman.

Riau selama ini memang dikenal sebagai daerah yang menjanjikan untuk mencari peruntungan bagi warga provinsi lain, seperti dari Sumatera Barat, Sumatera Utara, hingga dari Pulau Jawa. Daerah ini yang identik dengan kekayaan alam berupa minyak dan perkebunan kelapa sawit menjadi magnet yang memicu terjadinya migrasi. Namun, mayoritas warga pendatang itu tidak memiliki kemampuan sehingga hanya bisa bekerja di sektor informal.

Andi Rachman mengatakan tingkat kemiskinan di Riau kini masih jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Riau, yang menargetkan angka kemiskinan mencapai 6,20 persen. "Mudah-mudahan pada tahun 2018 upaya pemerintah bisa menekan angka kemiskinan," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan jumlah penduduk Provinsi Riau yang berada di bawah garis kemiskinan hingga September 2017 mengalami penurunan sebanyak 5.200 orang dibandingkan periode yang sama pada 2016. "Secara relatif terjadi penurunan persentase penduduk miskin sebesar 0,26 poin dari 7,67 persen pada September 2016 menjadi 7,41 persen pada bulan September 2017," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau Aden Gultom.

Jumlah penduduk miskin di Riau pada bulan September 2017 sebesar 496.390 jiwa, atau sebesar 7,41 persen dari jumlah penduduk Riau yang mencapai sekitar 6,6 juta jiwa. Jumlah ini mengalami penurunan sebanyak jika dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2016, yang berjumlah 501.590 jiwa atau 7,67 persen dari jumlah penduduk.

Meski terjadi penurunan jumlah penduduk miskin, BPS meminta pemerintah daerah mencermati persentase penduduk miskin di Riau pada periode September 2012¿September 2017 yang menunjukkan kecenderungan berfluktuatif. Jumlah penduduk miskin pada periode September 2012 sampai dengan September 2013 cenderung mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada September 2015, sedangkan periode September 2016 ke September 2017 mengalami penurunan.

Selama periode September 2012-September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan meningkat dari 154.830 jiwa pada September 2012 menjadi 176.980 jiwa pada September 2017. Hal sebaliknya terjadi pada jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan, menurun dari 321.630 jiwa menjadi 319.410 jiwa pada periode yang sama.

"Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar beberapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan," kata Aden Gultom.  (*)

sumber:antarariau


TERKAIT