Bupati Irwan Buka Festival "Perang Air" di Kota Sagu

Pembukaan Festival "Perang Air" oleh Bupati Kepulauan Meranti didampingi Asisten I Sekdaprov Riau Ahmad Syaharofie.
toRiau-Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti Irwan bersama Asisten I Sekdaprov Riau Ahmad Syaharofie, membuka Festival Perang Air (Cian-Cui) di Kabupaten Kepulauan Meranti.  Pembukaan festival terunik di dunia yang telah masuk dalam agenda wisata Nasional itu, dipusatkan dijalan Diponegoro, Selatpanjang, Kepulauan Meranti, Senin (19/2).

Seperti diketahui Perang Air atau yang lebih dikenal dengan sebutan Cian Cui oleh masyarakat Selatpanjang, merupakan salah satu ivent terunik di dunia, Cian Cui adalah satu-satunya di Indonesia dan hanya ada dua didunia, Selatpanjang Kabupaten Kepulauan Meranti dan Thailand. Hebatnya lagi, jika di Thailad hanya berlangsung satu hari, di Meranti digelar hingga satu minggu penuh yang dimulai sejak perayaan Imlek atau tahun baru cina.

Dalam Perang Air, seluruh masyarakat Selatpanjang baik suku Tiong Hoa, Melayu atau lainnya, turut terlibat dalam kegiatan yang sudah menjadi tradisi sejak puluhan tahun lalu itu. Tak pandang bulu baik tua-muda larut dalam kegembiaraan. Dalam Perang Air itu kelompok warga ada yang berkeliling kota menggunakan becak motor dan ada juga yang menanti korbannya di pinggir-pinggir jalan protokol sambil menyandang senjata air seperti jalan Ponegoro, Kartini, Imam Bonjol dan Teuku Umar. Tak ayal lagi siapapun yang melewati jalan tersebut tak luput dari sasaran tembak warga lainnya hingga basah kuyup. Hebatnya tak ada dendam dalam iven ini kelompok warga maupun perorangan yang melakukan aksi itu sudah siap untuk ditembak dan menembak. Hebatnya lagi semakin basah kuyup suasana menjadi semakin seru dan semarak.

Seperti dijelaskan Bupati, kegiatan itu merupakan kegiatan kegembiraan seluruh warga Kepulauan Meranti, baik yang berasal dari suku Melayu atau Suku Tiong Hoa dan suku lainnya. Semuanya berbaur menjadi satu berhembira menikmati suasana Perang Air yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun. "Perang Air ini tidak ada kaintannya dengan agama apapun apakah Budha, Konghucu, Perang Air merupakan kebiasaan warga Selatpanjang yang dimainkan pada dua hari raya yakni Idul Fitri dan Imlek namun seiring dengan berjalannya waktu Perang Air pada perayaan Imlek jauh lebih meriah dan tiap tahun semakin ramai," jelas Bupati.

Harapan Pemda sendiri, dengan adanya Perang Air yang telah masuk dalam iven Pariwisata Kabupaten Kepulauan Meranti bisa memberikan kesempatan kepada masyarakat khususnya Tiong Hoa bisa lebih bergembira, selain itu juga sebagai daya tarik bagi masyarakat Tiong Hoa diluar negeri dan daerah lainnya untuk datang ke Meranti. Seperti diketahui sedikitnya jumlah kunjungan pada kegiatan Cian Cui ini tiap tahunnya di Meranti bisa mencapai 20 ribuan orang.

Lebih jauh dikatakan Bupati, selain menikmati suasana Perang Air para wisatawan yang datang ke Meranti juga dapat menikmati berbagai kuliner olahan Sagu khas Meranti yang juga sudah dikenal oleh para wisatawan lokal maupun manca negara, sebut saja Sempolet (Sop Sagu), Mie Sagu dan lainnya. Ke depan agar kegiatan ini semakin semarak, Pemda Meranti berkomitmen mengemas Cian Cui semakin baik dari wakru kewaktu baik dari segi keamanan, kebersihan, kenyamanan dan tarif angkutan becak yang murah sehingga wisatawan yang pulang kampung semakin hepi dan terus kembali.

Kegiatan Perang Air atau Cian-Cui di Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, dimulai pada sore hari tepatnya pukul 16.00 WIB, pada saat itu ribuan warga Selatpanjang, sudah mempersenjatai diri dengan senapan air berbagai jenis, termasuk yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa agar dapat menyemprotkan air sebanyak mungkin. Di pinggir jalan juga terlihat ember-ember besar berisi air sudah dipersiapkan pula oleh sekelompok warga untuk menyiram setiap orang yang melewati mereka. Aksi tembak menembak dan siram siraman airpun terjadi, tak peduli tua muda bahkan anak-anak dengan penuh semangat terlibat dalam perang-perangan air ini. Meskipun badan telah basah kuyup dan kulit wajah memerah kepedihan terkena siraman air namun hati tetap gembira. (Humas/Advetorial)

TERKAIT