Lepas dari Titik Panas, Riau Diramal Akrab Hujan Lebat

Ilustrasi hujan lebat.
toRiau-Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan hasil pencitraan satelit pada Jumat (2/3), menunjukan Provinsi Riau nihil titik panas yang selama ini menjadi indikasi kebakaran hutan dan lahan.

Berdasarkan data BMKG dengan menggunakan Satelit Terra & Aqua tidak ada satu pun titik panas di Riau, bahkan juga di seluruh Sumatera. "Sumatera, titik panas nihil," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Sukisno.

BMKG menyatakan masyarakat kini justru perlu mewaspadai potensi hujan lebat di sejumlah daerah di Riau. "Waspada hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang yang dapat terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kampar terutama pada sore dan malam hari," ujarnya. Meski begitu, bukan berarti potensi kebakaran tidak ada lagi. Sebabnya, daerah di pesisir utara Riau seperti Kepulauan Meranti, Rokan Hilir, Dumai dan Bengkalis sangat minim peluang hujan.

Seperti diberitakan, terhitung sejak 19 Februari hingga 31 Mei 2018, Riau sudah berada pada status Siaga Darurat Karhutla. Pemerintah Provinsi Riau menetapkan kondisi ini karena pada awal tahun 2018 terjadi peningkatan jumlah titik panas dan luas Karhutla yang sangat signifikan. Data terakhir Satgas Karhutla Riau menunjukan luas lahan yang telah terbakar sejak 14 Januari mencapai sekitar 731,5 hektare.

Luas lahan terbakar kemungkinan besar terus bertambah, terutama didaerah pesisir. Sebelumnya, akademisi Universitas Riau menyebut kebakaran lahan gambut yang terjadi di Desa Lukun, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, dalam beberapa pekan terakhir mencapai 1.224 hektare (Ha) "Kami yakin dengan data yang kami peroleh. Estimasi luas lahan gambut terbakar di Meranti 1.224 hektare," kata akademisi Sigit Sutikno .

Angka yang dikeluarkan oleh Sigit yang juga tim restorasi gambut daerah (TRGD) tersebut jauh lebih tinggi dibanding data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau. Berdasarkan data dari BPBD Riau per tanggal 26 Februari 2018, luas kebakaran lahan Meranti, tepatnya di Desa Lukun hanya 213 hektare.

Ia menjelaskan, data kebakaran gambut yang ia peroleh tersebut berdasarkan pemetaan yang dilakukannya selama 15 hari, sejak tanggal 9 hingga 24 Februari 2018. Diantaranya adalah menggunakan drone atau pesawat tanpa awak jenis UAV Drone DJI Phantom-4 Pro. Drone tersebut diterbangkan dengan ketinggian 100 meter dengan resolusi 2 sentimeter. Ia juga  menggunakan analisis Citra Satelit Landsat 8 serta menggunakan Global Positioning System.

Ia menambahkan, telah diperoleh estimasi kebakaran yang mencapai lebih dari 1.224 hektare atau 600 persen lebih luas dibanding data dari BPBD, yang merupakan bagian dari Satuan Tugas Pencegahan dan Penanggulangan Karhutla Riau. Bahkan, data yang disampaikan juga jauh lebih besar dibanding dengan data total luas kebakaran lahan yang terjadi di seluruh Riau. (*)

sumber:antarariau


   
TERKAIT