Demo Rusuh Tinggalkan Kerusakan, DPRD Riau Hanya Mampu Menyesalkan


toRiau - Aksi demo ribuan mahasiswa terkait mahalnya harga BBM dan langkanya premium di Riau, Senin (5/3/2018) kemarin, berakhir dengan kerusakan di ruang rapat paripurna DPRD Riau. Pihak DPRD Riau hanya dapat menyesalkan aksi yang rusuh dan nyaris tak terkendali itu.

Ketua DPRD Riau Septina Primawati, ketika dikonfirmasi wartawan, Selasa (6/3/2018), terkait aksi demo mahasiswa itu, mengatakan seharusnya aksi demikian tidak perlu terjadi. Karena apa yang dituntut para mahasiswa telah ada diparipurnakan.

"Kan telah diparipurnakan. Dan anggota DPRD Riau sudah menyetujui Perda No4 tahun 2015 direvisi," ungkap Septina.

Politisi Golkar ini menegaskan, pembahasan revisi Perda tersebut di tingkat pimpinan. Hal itu, sesuai kesepakatan dalam rapat paripurna kemarin yakni direvisi satu pasal saja.

Senada dengan Septina, anggota DPRD Suhardiman Amby mengatakan, demo yang dilakukan mahasiswa tersebut sangat disesalkan. Apalagi telah menimbulkan kerusakan.

"Yang dituntut dalam orasi masa aksi demo terkait revisi Perda. Itu kan sudah kita lakukan paripurna di hari Senin (5/3/18) kemarin pagi. Semua setuju segera merevisi Perda itu," ungkapnya.

Lebih lanjut, Sekretaris Komisi C DPRD Riau ini, mengatakan, revisi Perda tersebut diberikan wewenang kepada pimpinan untuk menuntaskannya paling lambat 15 hari kerja.

Seperti yang diberitakan kemarin, ribuan mahasiswa dari BEM se-Provinsi Riau melakukan aksi unjuk rasa di DPRD Riau. Mereka menuntut dan mendesak DPRD untuk menurunkan harga BBM yang berbeda jauh dibandingkan daerah lain, terutama jenis bahan bakar pertalite.

Selain itu mahasiswa juga meminta DPRD untuk mendesak Pemprov Riau agar mengakhiri kelangkaan premium yang terjadi sejak beberapa waktu terakhir di Riau. Hampir di seluruh SPBU yang ada di Riau saat ini sulit untuk mendapatkan premium. Kalaupun ada, itupun di hari-hari dan waktu tertentu saja.

Karena dalam aksi demo kemarin, para demonstran tidak mendapatkan kepastian dari pihak legislatif Riau, mereka kemudian mendesak masuk ke dalam gedung wakil rakyat itu. Aparat kepolisian yang berjaga-jaga tak mampu untuk menahan tekanan mahasiswa.

Alhasil, mahaisswa kemudian berhasil merangsek masuk ke dalam gedung dewan, terutama rang rapat paripurna yang selama ini dijadikan DPRD tempat untuk memutuskan berbagai produk hukum. Untuk bisa masuk ke ruang rapat paripurna, mahasiswa terpaksa mendobrak pintu hingga hancur.

Di dalam ruang rapat, selain terus berorasi, mahasiswa juga melakukan 'rapat paripurna' versi mereka dan kemudian menelorkan keputusan terkait tuntutan soal BBM dan kelangkaan premium. Beberapa mahasiswa yang emosional juga sempat bertindak anarkis, seperti merusak ornamen dinding ruang paripurna serta mike di ruang rapat. (dairul)
TERKAIT