Mengokohkan Simpul Keluarga di Bulan Ramadhan

Ilustrasi.
toRiau-Sungguh Ramadhan bulan penuh berkah yang membawa ragam kebaikan bagi orang beriman. Satu di antaranya adalah momentum untuk mengokohkan keluarga agar lebih baik (khair al-usrah).

Sebuah rumah tangga yang berdiri di atas akar tauhid, batang pohon syariah yang tegak, dan tandan buah akhlak yang baik. Semua itu terwujud manakala Ramadhan menjadi madrasah dan tarbiyah meraih pribadi takwa, syukur, dan benar (QS 2: 183-185).

Ada empat aspek yang ditempa Ramadhan untuk menguatkan keluarga kita, yakni, pertama, aspek fisik (jasadiyyah). Keberkahan puasa sudah terasa sejak sahur. Seorang ibu dengan tulus menyiapkan santapan halal dan bergizi, lalu mengajak suami, anak-anak, dan orang tuanya untuk sahur bersama.Begitu pun di saat berbuka puasa walau dengan penganan sekadarnya agar memper oleh berkah (HR Bukhari).

Pola makan yang baik akan menyehatkan anggota keluarga. Sebab, puasa memberikan waktu istirahat dan pemulihan organ tubuh. Nabi SAW berpesan bahwa puasa itu menyehatkan badan (HR Ibnu Sunny). Juga, Puasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS 2: 184).

Kedua, aspek sosial (ijtima'iyyah).Ramadhan membangun kebersamaan dalam keluarga. Seorang ayah atau ibu yang bekerja berupaya pulang lebih cepat ke rumah agar bisa berkumpul dengan keluarga. Menikmati hidangan sambil berbincang santai dan berdoa agar anak-anaknya berakhlak karimah (QS 25: 74).Keluarga yang baik juga peduli terhadap nasib orang lain yang kurang beruntung (HR Muslim).Menumbuhkan karakter mulia, yakni resah melihat orang lain dalam kesusahan lalu berupaya menolongnya (QS 76: 8-9).

Ketiga, aspek intelektual (`ilmiyyah). Ramadhan pun dapat membangun iklim keilmuan dalam keluarga.Orang tua menjadikan bulan suci ini sebagai momen belajar bersama, membaca buku keislaman, dan mengupas satu-dua ayat suci atau ha dis.Sesekali shalat Tarawih berja maah di rumah dan dilanjutkan taklim (dis kusi). Kadang, anak-anak diajak menghadiri kajian di masjid/mus hala yang disampaikan ustaz terper caya. Saya masih menjadikan pendidikan ini sebagai upaya menguatkan keluarga.

Keempat, aspek spiritual (ruhaniyyah). Dimensi inilah yang paling utama, yakni Ramadhan mena nam kan kepatuhan dan kecintaan kepada Allah SWT. Seorang anak mau berpuasa, pertanda nilai keimanan sudah mulai tersemai di hatinya. Walau ia sangat lapar dan haus, tetap saja tidak mau berbuka meskipun tidak seorang pun melihatnya. Sebab, ia yakin malaikat- Nya selalu mengawasi dan ia berharap mendapatkan kebajikan (QS 82: 10-13).

Puasa dan ibadah sunah lainnya akan menghadirkan Allah SWT pada setiap sikap, kata, ucapan, dan perbuatan dalam merangkai dan mengeratkan harmoni keluarga. Akhirnya, orang tualah yang bertanggung jawab mendidik, menjaga, dan melindungi keluarga dari segala kerusakan dan penderitaan yang men dera (QS 66: 6).Kiranya, tempaan Ramadhan akan me ngokohkan keluarga hingga berhasil melahir kan generasi rabbanidan adabi. (rpc/adm)

  
TERKAIT