10 Mayat Terapung di Selat Malaka Mulai Terkuak

TKI Mimi dan Putrinya Ada di Kapal Itu, Mereka Mau Pulang ke Sumbar

Ilustrasi-Penemuan 10 mayat mengapung di Perairan Selat Melaka mulai terkuak. Diduga kuat mereka adalah rombongan TKI Ilegal dari Malaka ke Bengkalis yang kapalnya tenggelam dalam perjalanan.
toRiau-Terjawab sudah teka-teki penemuan 10 mayat mengapung di Selat Malaka, persisnya di perairan Bengkalis, Dumai dan Meranti, sejak akhir November silam. Ternyata, mayat-mayat itu adalah para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal yang kapalnya diduga tenggelam dalam perjalanan dari Melaka ke Bengkalis. Total penumpang kapal itu sebanyak 19 orang.

Kepastian itu diungkapkan seorang TKI, Anto (45), yang mengaku salah satu jenazah yang berhasil diidentifikasi adalah adik iparnya, Mimi Dewi (32). Korban adalah seorang janda beranak satu, asal Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, yang bertolak dari sebuah pelabuhan di Malaka, Malaysia, dari jalur tidak resmi dnegan sebuah kapal menuju Indonesia.

Seperti diwartawakan antarariau.com yang menghubungi Anto, Rabu (5/12/2018) kemarin, dia terakhir berkomunikasi lewat telepon seluler dengan Mimi pada 21 November. Mimi adalah salah satu dari 10 jenazah yang ditemukan tewas terapung oleh nelayan di Kabupaten Bengkalis.

"Dia (Mimi) berangkat tanggal 21 November lalu bersama anaknya lewat jalur tidak resmi. Itu terpaksa, karena semua dokumen dan paspornya rusak akibat banjir. Kalau dia ada dokumen, tidak akan saya bolehkan adik saya itu berangkat dari sana," kata Anto yang merupakan abang ipar Mimi.

Anto menjelaskan Mimi selama lima tahun terakhir bekerja sebagai pelayan kedai, dan tinggal tak jauh dari rumahnya di daerah Kajang, sekitar 20 kilometer dari Kota Kuala Lumpur, Malaysia. Mimi punya satu orang putri berusia enam tahun bernama Maiza, yang akrab disapa Kecik-kecik karena badannya yang mungil.

Sejak bercerai dari suaminya, Maiza kerap dititipkan di rumah Anto sehingga sudah dianggap sebagai anaknya sendiri. Bahkan, Maiza memanggil Anto dengan sebutan ayah.

Anto terakhir berkomunikasi dengan Mimi pada 21 November sekitar jam 10 malam waktu setempat. Saat itu Mimi mengatakan sudah berada di dalam kapal yang hendak berangkat dari sebuah area di Kota Malaka. Mimi tidak bercerita dengan detil ke Anto perihal kapal apa yang digunakannya, hanya mengatakan ada 19 orang di kapal itu.

"Dia cerita ada 19 orang di kapal itu, perempuan hanya dua orang yakni dirinya dan anaknya. Kapal itu rencana berangkat jam 12 malam. Tidak lama kami bercakap-cakap karena dia takut ketahuan kalau menelepon dan minta jangan dihubungi dulu," katanya.

Anto mengatakan tidak tahu pasti bagaimana Mimi bisa berangkat dengan kapal itu. Yang ia tahu pasti, jalur itu bukan lewat pelabuhan resmi. Biaya untuk bisa menyeberang bervariasi, berkisar 700 Ringgit Malaysia (RM) hingga 900 RM, atau berkisar Rp2,4 juta hingga Rp3,1 juta per orang tergantung negosiasi dengan orang yang mengurus keberangkatan. Rute yang biasa dilalui adalah dari Malaka menyeberangi Selat Malaka dan masuk ke Indonesia melalui Pulau Rupat di Kabupaten Bengkalis.

"Saya pun belum pernah naik kapal seperti itu, karena kalau pulau ke Indonesia selalu pakai jalur resmi. Tapi kabarnya kapal itu makan waktu sekira empat jam untuk mencapai Pulau Rupat," katanya.

Anto mulai merasa cemas karena sehari setelah berangkat telepon seluler Mimi tidak kunjung bisa dihubungi. Justru dari media sosial ia mengetahui bahwa nelayan Bengkalis menemukan mayat yang mengapung di laut. Ia kemudian mengontak keluarga Mimi di Sumbar untuk mengecek ke Pekanbaru, dan ternyata benar Mimi adalah satu dari jenazah yang ditemukan tersebut.

Keluarga Mimi mengenalinya dari pakaian dan barang-barangnya yang masih melekat di tubuh jenazah. Salah satunya adalah dari kutang yang juga berfungsi sebagai kantong rahasia untuk menyembunyikan uang.

"Mimi selalu pakai kutang seperti orang tua, yang dipakainya untuk menyimpan duit. Dari sana akhirnya ketahuan karena dari duitnya juga masih ada di kutangnya," kata Anto.

Namun, hingga kini nasib Maiza belum bisa diketahui. Hal ini membuat Anto dan keluarganya di Malaysia gusar. Sudah seminggu terakhir ia bolak-balik ke Malaka untuk mencari informasi, tapi nihil.

"Informasi kapalnya karam, ataupun ditangkap, tidak ada sama sekali. Ini aneh sekali, karena kalau kapalnya karam pastilah puing-puing atau barang-barang ditemukan juga di laut. Tapi yang ada hanya mayat-mayat saja," katanya.

Keberadaan Maiza yang hingga kini tak diketahui membuat dirinya stres. Karena rencananya, Maiza ikut pulang bersama ibunya ke Sumatera Barat untuk bersekolah di sana. Mimi juga berencana tidak akan kembali lagi ke Malaysia karena akan merawat ibunya yang kini sakit parah.

"Saya mohon dengan sangat agar pemerintah Indonesia mencari Maiza. Tolong temukan dia, dan ungkap apa yang sebenarnya terjadi. Karena kejadian ini sangat aneh," katanya. Polda Riau hingga kini belum bisa memastikan insiden kapal tenggelam tersebut. (ant/tr1)
TERKAIT